Rabu, 10 Maret 2010
suku anak dalam bukit dua belas
Tanpa tungku cuma sepotong kayu yang diletak melintang menjadi tumpuan pengganti tungku,dan tanpa kompor cuma ranting kecil yang disusun dan dengan bantuan angin lewat hembusan si bocah api tetap menyala,itulah kondisi riil di pemukiman sukua anak dalam dia areal penyangga taman nasional bukit dua belas jambi.pemandangan yang eksotis dan seakan berada di dunia lain,tetapi itulah realita.
mereka ada bersama kita
Suku anak rimba merupakan salah satu suku yang saat ini mendiami Taman Nasional Bukit Dua Belas kabupaten sorolangun propinsi jambi,akses menuju kesana bisa melewati namgko maupun lewat sorolngun,dan pemukiman terakhir adaah SPI,jarak dari sorolangun ke SPI lebih kurang 2 jammenggunakan kenderaan roda empat dan berakhir di disa pauh,selanjut perjalanan mengunakan ojek selama 3 jam dengan ongkos sebesar Rp.80.000,- sementara lewat bangko bisa mengguinakan angkutan umum berupa oplet paha jam2 tertetu dengan dua kali trayek perharinya,dengan ongkos Rp.20.000,-.di tamana nasional bukit dua belas didami oleh 12 rombong orang rimba,dimana tiap rombong minimal terdiri dari 15 bubungan ( rumah ).salah satu rombong yang terdekat dengan pemukiman adalah rombong ninjo ang terdiri dari 15 bubungan,rombong ini mendiami areal perkebunan sawit di daerah SPI karena arel pemukiman merelka dulu dilanda kekeringan,sehingga mereka mencari sumber air baru yang dekat,yaitu irigasi.
Minggu, 02 Agustus 2009
felish di jalan
Kucing hutan ( Neo felish nebulosa) merupakan mamalia nocturnal (akti malam hari)dan merupakan mamalia carnivora,kecelakaan yang dialami felish ini karena terjadi kebakaran hutan yang berdekatan dengan home range mereka.karena pada dasarnya felish cenderung menghindari kawasan yang bersentuhan langsung dengan manusia.kamis 29 juli 2009 jam 6.30 nikor 18-55mm D40.(heri )
Bocah Perahu
Disana tidak mall ataupun taman bermin,disana yang ada hanya sungai,perahu dan hutan bakau,itulah yang menjadi arena bermain bagi anak kecil saat musim liburan tiba,dengan tertawa lepas dan canda yang akrab mereka menghabiskan waktu bersama alam,apakah mereka sadar kadar suatu saat tempat mereka bermain akan hilang?karena air sungai sudah mulai berkurang akibat hutan bakau dijadikan arang,akibat daerah resapan dijadikan lahan sawit,sampai kapan kita akan melihat tawa girang mereka diantara air sungai dan giyangan perahu itu,sudah saatnya kita menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan.tembilahan 30 juli 2009 jam 17.00 D40 nikor 55-200mm (heri)
Bermain dengan mamalia raksasa
Gajah sumatera ( elephas maximus sumateranus ) merupakan mamalia besar, yang saat ini sudah mulai terncam punah.maraknya konflik antara manusia dengan gajah di daerah yang berdekatan dengan home range mereka,merupakan akibat dari semakin sempitnya habitat mereka.maka untukmengantisipasi hal tersebut,maka dibentuklah team Flying Squat yang bertugas menjaga agar gajah liar tidak masuk ke pemukiman dan areal perkebunan ,inilah salah satu gajah team flying squat Taman Nasional Tesso nillo yang bernama Indro.gajah-gajah di flying squat ini sudah familiar dengan orang - orang,walau terkadang dia kadang-kadang bertindak sedikit agresif ketika lagi masa berahi untuk yang jantan,kali ini kami bisa bersama gajah ini sepuasnya.sabtu 1 Agustus 2009,jam 14.00. lensa 55-200mm nikor,D40.(heri)
Selasa, 28 Juli 2009
Langganan:
Postingan (Atom)